Cuci-Cuci Tangan Kasus Irfan Bachdim

Kelihatannya semua pihak akan saling menunggu apa yang bakal terjadi pada tanggaal 6 Januari ketika batas waktu penentuan nasib stiker Irfan Bachdim di timnas Merah putih di putuskan. Semuanya seperti ingin cuci tangan karena tidak ada yang mau disalahkan apabila Irfan Bachdim akhirnya benar-benar dicoret dari skuat timnas Indonesia karena alasan non-teknis.

PSSI dan Persema Malang, dua pihak yang berebut Irfan, hanya bisa mengancam tanpa memberikan solusi yang bijak. Ironisnya, Irfan lah yang diancam oleh kedua pihak bersiteru tersebut.

‘’Kami tak ragu untuk mencoret siapa pun nama pemain yang tergabung dalam LPI (Liga Primer Indonesia),’’ tegas Sekretariat Jenderal PSSI, Nugraha Besoes.


PSSI, sebagai induk persepakbolaan nasional, menyatakan tidak mengakui kompetisi LPI. PSSI pun sedari awal sudah mengancam akan memberikan sanksi bagi pemain, pelatih, dan ofisial yang ikut serta menyemarakkan ‘panggung’ kompetisi LPI.

Persema Malang --klub tempat Irfan bernaung-- merupakan salah satu klub yang memilih keluar dari Liga Super Indonesia untuk mengikuti kompetisi LPI. Sama seperti PSSI yang mengancam akan mencoret Irfan dari timnas jika tetap bermain di LPI, Persema juga tidak kalah garang mengancam striker berusia 22 tahun tersebut jika lebih memilih PSSI demi menyelamatkan kariernya bersama timnas Garuda.

Laskar Ken Arok, julukan Persema Malang, mengancam akan menuntut denda membayar dua kali lipat dari nilai kontraknya jika Irfan hengkang dari Malang. Sebab, sampai saat ini Irfan masih terikat kontrak dengan Persema Malang selama satu tahun. "Persema mengontrak Irfan selama satu tahun dan Irfan harus memahami aturan tersebut," tukas manager Persema Malang, Asmuri.

Manajemen timnas memberikan solusi sebagai jalan keluarnya. Manajer timnas Indonesia, Andi Darussalam Tabussala, menyarankan Irfan keluar dari Persema sebagai jalan keluarnya. "Sekarang ini Irfan kan masih terikat kontrak dengan Persema, sedangkan Persema mengikuti kompetisi ilegal. Sesuai aturan, kalau dia masih mau memperkuat tim nasional, maka dia harus bergabung dengan klub yang mengikuti kompetisi resmi," kata Andi.

Tapi, tetap tidak ada yang berani membuat keputusan untuk memutuskan nasib Irfan. Mereka memilih saling menunggu tentang nasib Irfan. Dengan usianya yang masih muda, Irfan yang dipaksa untuk menyelesaikan sendiri masalah pelik tersebut.

Memilih membela klub atau timnas mungkin menjadi lebih mudah bagi seorang pemain jika sang pemain misalnya memiliki tujuan ingin membawa klub atau timnas menjuarai sesuatu. Tapi, dalam kasus Irfan, dia harus memilih karena terjebak dalam perseteruan non-teknis antara klub (Persema Malang) dan timnas (PSSI).

Sebagai pemain yang baru mencicipi 'anehnya' sepakbola Indonesia, Irfan sudah jelas sangat kesulitan jika harus membuat sendiri keputusan. Beruntung Irfan cukup pandai untuk tidak mau dijadikan 'kambing hitam' korban pertikaian pihak yang mengaku mencintai dan ingin membangun sepakbola nasional. ''Masalah ini bukan terserah saya, tapi PSSI,'' katanya. Good Irfan!!!

sumber: republika.co.id

sponsored

0 comments:

Post a Comment